Ramainya Sikap Bully-ing Melalui Jejaring Sosial..

KPK Sedang ramai dalam penangkapan para Koruptor..

Mahasiswa sedang gencar melakukan kesenangan dengan menjelek-jelekan orang lain..

Tidak semua, Hanya sebagian, Tapi termasuk mayoritas yang melakukan kesenangan dengan berkata kasar, Seronok atau bahkan berkata tanpa ada batasan..

Dengan mudahnya interaksi melalui jejaring sosial, entah itu dalam mengeluarkan suatu wacana yang bernilai negatif tanpa memberikan solusi.. Betapa mirisnya jika pemuda, penerus dan harapan bangsa memiliki karakter yang buruk pada media..

Kian merebak dan mudahnya unggah dan upload foto menjadi sarana lelucon yang kurang berarti.

Jika perubahan itu hanya akan membuat citra seseorang buruk, betapa disayangkan.

Contoh kecil yang terjadi pada civitas kampus, jika Dosen, Teman atau siapapun dijadikan bahan ejekan, Tanpa melihat sudut pandang yang lain, Betapa kecilnya mental seseorang itu.

Bukan lagi menyoalkan pada suatu sikap atau celaan yang bersifat hanya sementara atau sesuai moment,

Yang lebih berbahaya jika sikap Bully-ing tersebut menjadi habit atau kebiasaan.

Bisa dibayangkan bukan bagaimana jika karakter tersebut terbawa pada lingkungan kerja nanti?

Bukan sikap saling toleransi dan menghargai satu sama lain, tetapi menjadi sesuatu yang menjurus pada merusak ketentraman hidup orang lain,

Lebih berbahaya lagi, jika sikap tersebut bisa merebak dan menyebar dengan mudah sebagaimana dengan fungsi dan kecepatan penyebaran informasi pada saat ini.

Bukan lagi dari mulut kemulut.

Tapi dari satu akun ke sejumlah akun, yang bisa berjumlah ratusan bahkan ribuan orang lainnya.

Alangkah baiknya jika kita bisa mem-filter suatu berita tanpa mudah terpancing dan terkompori jika berita tersebut bernada tidak baik, jika kenyataannya belum terbukti, atau bahkan menjelek-jelekan seseorang untuk meningkatkan nilai eksistensi diri.

Alangkah baiknya juga, eksistensi diri tersebut bukan dipacu dengan sebuah argumen yang tidak bisa dipertanggungjawabkan tetapi diarahkan melalui sikap-sikap yang bijaksana juga membuahkan suatu karya.

Bukan kah itu lebih baik dari pada menyakiti orang lain secara tidak langsung dengan prasangka, persepsi, dan judgement yang bernilai ironi?

 

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (Al-Hujuraat: 12).

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka (yang diolok-olok,) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok,) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kalian mencela diri kalian sendiri dan janganlah kalian panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang orang yang zhalim.” (Al-Hujuraat: 13).

Sabda Rasulullah saw.,

“Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan menggunjing?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah saw. bersabda, “Engkau menyebut tentang saudaramu dengan sesuatu yang tidak disukainya.” Ditanyakan kepada Rasulullah saw., “Bagaimana jika apa yang aku katakan ada pada saudaraku tersebut?” Rasulullah saw. bersabda, “Jika apa yang engkau katakan ada padanya, engkau telah menggunjingnya. Jika apa yang engkau katakan tidak padanya, engkau telah membuat kebohongan terhadapnya.” (Diriwayatkan Muslim)

 

Dipostkan Oleh Dieni Mulyasari

Leave a comment