Melupakan Hakikat Suatu Pemberian.

Mubadzir, seolah kata biasa yang sering didengar,

Kemudharatan dalam arti pemberian,

Menolak suatu pemberian,

Atau membiarkan sesuatu untuk kesia-sia-an.

Apa itu percuma?

Apa itu dosa?

Jika diberi otak dibiarkan kosong,

Diberi hati dibiarkan keruh,

Diberi teman diacuhkan,

Diberi saudara dimusuhi.

Buat apa selalu berkonfrontasi,

Meminta sesuatu yang lain?

yang ada belum juga dinikmati, disyukuri

Apa itu kesia-sia-an yang kedua kalinya?

Apa itu percuma?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mengetahui Sistem Lebih Baik.

Putar balikkan suatu penerimaan.

Itu bernama Kikhlasan,

Bukan berarti harus selalu mengikuti,

Tapi juga memahami suatu cara.

 

Sesuatu yang tak terkendali.

Biarkan 1 terlepas dari suatu kontrol,

Hasil yang didapat semakin tak terkendali tanpa diktahui dengan cepat.

 

Pemahaman suatu aktivitas,

Tak berlangsung begitu lama,

Cukup melihat,

Ada sessasi yang berbeda.

 

No koneksi.

Ketersinggungan saling enggan,

Mereka berkata juga berucap,

Tanpa melihat suatu kehadiran.

 

Tak selalu berupa permainan,

Ini hanya buta karna dipaksakan tak mau mlihat.

Redup redam sesuatu dibiarkan tanpa ada pembinaan,

Bukan, bukan melainkan tak ada kebersamaan.

 

Praduga tak bersalah,

Itu keharusan/kewajiban,

Menggantikan sesuatu dari pada tidak sama sekali.

Itu yang salah diartikan.

 

Kembali pada suatu solusi,

Jika itu memang bukan jalan yang dituju,

Buat apa diteruskan?

Sesuatu yang bernilai tapi tak bermanfaat.

 

Itu bernilai tidak efektif dan Efisien.

Biarkan waktu berlalu tanpa perencanaan,

Mungkin kau akan menyesal atau tidak.

Itu hanya kembali pada sebuah pemikiran/ perkiraan yang harus berlandaskan pada suatu dasar,

Bukan lagi hanya sebuah penglihatan, dengan kacamata tertutup rapat.

Semilir, Semerbak angin Surga

 

 

 

Semua ini hanya sementara, dan pemberitaan menyenangkan pun akan cepat berganti…

Lihat dan saksikan, semua berubah secepat apapun mengganti..

Tuhan mengetahui apa yang tidak kita ketahui,

Dan Tuhan maha Adil atas segala yang dikehendaki…

 

Berbalaslah sesuatu apa yang kita kerjakan,

Bernilailah sesuatu yang kita lakukan,

Tak ada yang sia-sia, kecuali kita sendiri yang menginginkan itu sia-sia…

Apapun yang terjadi semoga menjadi berkah,

Apapun yang diberi, semoga masih bisa disyukuri..

 

Apa yang harus diusahakan, semoga bisa dikerahkan,

Apa yang sulit dilakukan semoga diberi jalan kemudahan.

Ridhai, restui segala jalannya, mudah2an dilancarkan segala urusannya..

Amin..amin..amin ya rabbalalamin.

 

 

 

 

Selesaikan apa yang harus diselesaikan.

Semua itu telah dimulai,

Dan aku harus menyelesaikannya,

Aku telah membayar,

Dan aku harus menerima imbalannya.

 

Berucap itu sungguh mudah rasanya,

Padahal nyatanya tak semudah dengan apa yang diucapkannya.

Aku ragu, tapi tak mungkin aku mundur kembali.

Semua itu tak bernilai, jika tak jua aku jalani.

 

Proses itu tempat pembelajaran,

Tapi pada proses itu pula resiko harus dihadapi.

Hasil yang keluar bukanlah bualan,

Tapi  itu akan tercatat pasti dengan sungguhan.

 

Biarlah sesuatu tetap ada pada tempatnya,

Walau kadang sulit untuk dihadapi,

Allah yang mengetahui bagaimana sesuangguhnya,

Manusia hanya bisa berencana,

Allah juga yang menentukan.

 

Kehidupan yang berubah,

Angin yang berhembus kencang,

Goyahkan semilir pohon menggugurkan dahan,

Jangan pula turut mengombang ambingkan semangat tanpa kepastian…

 

Ayooo semangat2 usaha itu siapa yang tau?

Yang penting lakukan dengan sepenuh hati,

Yang lalu biarlah berlalu,

Itu semua hanya menjadi album kenangan masa dulu.

Yang Tersembunyi biarkanlah tetap tersembunyi.

Adakah suatu rasa urat malu yang hilang?

Untuk mengumbar sesuatu yang bersivat individual?

Masih adakah rasa malu untuk yang berlebihan?

Dalam benak itu sebuah keistimewaan?

 

Seolah kata istimewa, istimewa dan istimewa,

Seberapa besar seseorang ingin dibilang, dicap dan ditekan sebagai yang teristimewa?

Batasan apakah yang menciptakan suatu keistimewaan tanpa menilai adanya suatu kebenaran.

Mutlak suatu aturan, batasan penglihatan pendengaran juga ucapan.

 

Sesuatu yang belum usai, sesuatu yang belum tampak,

Sesuatu yang jelas terlihat,

Kesucian yang dirampas, untuk kebahagiaan?

Kebahagiaan apakah itu? Diluar mata logis untuk suatu hal yang bersifat kedewasaan.

 

Pilihan adalah suatu keharusan, Ilmu menjaga diri dalam kehinaan,

Masih belum cukupkah pelajaran? Untuk setiap kejadian peristiwa dalam sejarah?

Kemunafikan manusia dengan segala keutuhan,

Merusak keindahan ciptaan Tuhan yang diberikan..

 

Laknat kata laknat, mudahlah diucapkan,

bukan kata tabu untuk setiap kelakuan yang dilakukan tanpa pikiran,

Rusak akal juga pikiran, Buta dunia dengan kesenangan.

mereka berucap itu Kelakuan binatang? Kasian sekali binatang dijadikan tameng,

Sedang setiap makhluk memiliki keterangannya sendiri yang lebih jelas.

 

Pedoman hidup dalam setiap aturan, Kehilangan aturan hanya memunculkan suatu kekacauan.

Tidak adakah dalam benak untuk kekalutan?

Membiarkan diri terhina tanpa paksaan, malah menyodorkan diri menjadi budak hinaan..

Dunia itu tidak kejam, tapi manusia yang diperbudak setan yang kehilangan segala daya dan upaya untuk melawan setiap kejahatan.

 

Bangunlah hei bangun.. Peradaban yang rusak, untuk apalah tetap ada?

Kerusakan iman tanpa ada tujuan, Kesenangan sesaat menjadi kelucuan.

Berulang kali dan berputar kembali.

Aku tak suka, dan aku enggan,

Tapi juga dipaksakan.

Aku tak mau, aku tak rela.

Tetap juga dikorbankan.

 

Kamu kira semua itu mudah?

Sedang kamu kira semua itu sama?

Jelas berbeda..

 

Kembali lagi, Berulang  kali, dan berputar kembali.

Seolah tak bosan pada kenyataan yang sama…

 

Mereka datang menghampiri, dan enggan jua untuk pergi..

Mereka datang merasa mengasihi, sedang ia salah duga.

 

Gambaran itu pahit, tapi tak bisa dipecahkan,

Gambaran itu buruk, tapi tak bisa dihindarkan..

 

Semua ini hanya pendewasaan diri,

Bagaimana bila dihadapkan,

Semua ini hanya gambaran,

Bagaimana sesuatu harus dikorbankan..

 

Tak ada kata sempurna, jika itu memang yang dikehendaki…

Namun sayang dirasa sayang jika itu tetap tak berubah,

Tak akan pula ada kebaikan..

 

Penolakan kecil itu tetaplah sama, bernilai sama.

hanya mengubah sedikit paradigma dalam kekalutan,

Tanpa sadar juga tanpa logika..

Itu semua hanya akan menghancurkan.

Tak terbayangkan kalau ********* menghilang

Tak terbayangkan semua akan cepat hilang dan memang semua akan cepat hilang..

Tak tergambarkan semua akan pergi dan memang semua akan cepat terganti..

Satu tidaklah cukup, tapi banyak pun belum tentu bisa diatasi..

 

Keserakahan atauKerakusan tidak lah penting dalam hal kualitas,

Yang penting terpenuhi,

Kesadaran bukanlah kesadaran, dalam pencarian yang tak pernah ditemui..

 

Kehadiran tetaplah kehadiran,

Kosong tetap tak berarti..

 

Senyum itu, tawa itu, hanya sementara dalam perantara..

Tawa itu, senyum itu, hanya sebuah penutur kata yg salah diartikan..

 

Tak dipedulikan bagaimana sesuatu berjalan,

Tak dipedulikan bagaimana semua terealisasikan,

Bukan proses yang diumbarkan,

Tapi penutupan itu yang lebih kental dari segalanya.

Semudah itu kah memaafkan sang pendusta?

Kenyataanya gak 100% kita benar, gak 100% ia benar,

Mungkin ada kesalahan khilaf, salah mengucapkan atau salah dimengerti.

Meski tetap terasa menyakiti.

Kesakitan apakah yang lebih menyakitkan selain dibohongi.

 

Janji itu kita nanti,

Tapi dengan semudah ucap untuk mengerjai,

Percuma berkata sebelum dengan mengulangi tapi tetap saja di hindari.

 

Benci, tetap benci.

Tapi apakah membenci itu akan menyelesaikan masalah?

Sedang keadaanya tetap saja harus dilalui..

 

Sakit itu sakit..

Apa kesakitan itu hanya merasakan disatu sisi,

Sedang pendusta pun akan tersiksa.

 

Batin tak bisa dibohongi,

Kejujuran tetaplah abadi,

Doa itu pasti,

Tapi tetap tak terganti tanpa diperbaharui.

Anggaplah tiada tetaplah tiada.

kosong itu tetapllah kosong,

Tak perlu mengada-ada itu ada…

Yang tak berarti teruslah dibiarkan,

Karna itu tak akan pernah mengganti…

 

Yang tiada tetaplah tiada,

Tak usah dicari.

Mencari tiada yang pasti untuk apalah terus digerogoti.

 

Hari ini tetaplah hari ini, Tiada yang pasti,

Bermain tetaplah bermain, itu semua hanya sesuatu tak terkendali.

Permainan itu tak kan usai tanpa pernah diakhiri,

Memulai, teruslah memulai, tanpa pernah dihindari..

 

Kisah itu telah berlalu, dan tak akan kembali.

Waktu itu tetaplah waktu itu, dan tak akan menyuci.

Riang itu tetaplah riang itu, Tak akan tertangisi.

 

Perjalan itu tetaplah perjalan itu, dengan rute pribadi.

mengikuti, teruslah mengikuti tanpa tau dimana langkah pasti.