Gila penghargaan dan Penghormatan.

Rasanya terlalu berlebihan untuk setiap saat ingin orang lain mengagungkan.

Entah itu karna pangkat, drajat, kekayaan atau kedudukan.

Batasan yang mereka tinggikan.

 

Coba fikirkan.

Untuk apa semua itu?

Hanya ingin dilihat LEBIH dari yang lain.

Buat saya itu ga berarti sama sekali kalau memang semua orang sudah saling mengerti.

bahwa keutamaan untuk bermasyarakat, bersosialisasi bukanlah demi penghargaan tapi melainkan saling menghargai.

 

Buat apalah kita dipandang tinggi untuk kepintaran,

Menyombongkan dengan kesombongan, keagungan.

Meremehkan orang bersandiwara seolah diri paling benar.

 

Coba tengok sebentar.

Apa mereka menginginkan semua itu dengan kerendahan?

Kamu merasa diri paling tinggi,.

Merendahkan orang padahal mereka sangat menghargai kamu dengan keadaan apapun.

Ya mereka sangat senang dengan kamu yang apa adanya. Bukan ADA APANYA.

 

terus kamu melihat bahwa candaan mereka tak sepantar dengan dirimu.

Apa itu pantas.?

Ya sadarkan diri aja,

Kalau mereka ga bisa selevel dengan kamu, ya hargailah mereka dengan memaklumi kebiasaanya, jika itu masih berada dibatas kewajaran, BUKAN Kurang Ajar.

Orang kan macem2, ya anggap santai ajalah,

ga usah apa2 dianggap seserius yang bakal berefek panjang.

Efek panjang itu memang ada tapi kan tetap saja,

Tak selalu siapa yang berhubungan dengan kita, tau dan mengerti siapa kita..

 

by Dieni Mulyasari (Notes) on Thursday, October 18, 2012 at 1:16am

Akhir kelanjutan sebuah cerita.

Menghentikan semua,

Seolah sesuatu yang tiada akhir.

Kejutkan semua,

Dengan semua bombastis.

 

Tapi sayang, akhir cerita belum sanggup diduga,

Habis prakira tanpa logika.

Kalah dalam suatu perang melawan hina.

 

Tiada upaya untuk melawan,

Malah menarik diri jauh semakin dalam.

Tak terpedaya semua cerita,

Hangus ditelan asa tanpa rasa.

 

Nanggung,

Semua serba nanggung.

Berhenti disatu persimpangan,

Yang arahnya belum jelas ditemukan.

 

Kemudian bertanya,

Tapi sayang terlalu jauh untuk tersesat.

Ketinggalan jejak,

Melepas tanda.

 

by Dieni Mulyasari (Notes) on Monday, October 22, 2012 at 10:52pm

Bayangan penganggu tetaplah pengganggu

Ada berbagai alasan untuk disamarkan,Tapi cukup terang untuk diketahui,Bahwa sesuatu tak pernah bisa disamakan,

Mereka semua punya perjalanan yang begitu menakjubkan..

 

Terlalu awal untuk memangkas cerita,

Semua kejadian tetaplah tanpa perencanaan..

Itu hanya gambaran ilusi bawaan yang tetap saja tak pernah diharapkan..

 

Menyalahkan keadaan tentang kehadiran,Itu tak membuahkan hasil yang lebih baik tanpa ada perubahan,

Mengubah sesuatu yang baru atau akan dilakukan,

Lebih baik menggeser daripad tetap terdiam dan dihancurkan..

 

Kekekalannya ga bisa diprediksikan,

Sampai kapan keberaniannya untuk menantang..

Bukan tantangan yang sebenarnya,

Tapi itu hanya tatanan kedewasaan untuk menerima.

 

Penerimaan itu terlalu amat dan tak mau untuk disatukan,

Penolakan itu yang hanya membuat sesuatu semakin dibutakan,

Tak nampak beberapa jalan untuk beberapa saat,

Tapi tak juga sama ketika semua berdiri hanya untuk perlahan..

 

Percuma berusaha sekeras hati tanpa pernah sepenuh hati..

Jiwa yang hancur hanya pada setengah badan,

Terlalu mudah diruntuhkan tanpa kesungguhan,

Bukan pula itu yang diinginkan.

 

Keinginan atau kebutuhan,

Gak berimabas balik pada suatu harapan,

Kuncup yang akan mengembang,

Terlalu lemah bertahan setelah terinjak dengan perlahan..

 

Mengerti semua tak dimaksudkan untuk keburukan,

Tetap saja tak ada penerimaan yang akan dibukakan.

Pintu itu masih saja tertutup untuk mengucapkan selamat datang,

Sampai setengah perjalanan atau seperempat abad yang akan dilalui tetaplah menjadi sebuah penyesalan bila masih saja diteruskan..

 

Kebaikan itu bukan untuk diri secara pribadi.

Keuntungan itu hanya berpihak pada yang dituju..

Dan itu bukan sesuatu untuk yang lain.

Hanya demi membukakan sebuah kewenangan kekuasaan.

 

Batasannya terlalu sempit,

Bahkan tak ada batasan untuk dilanjutkan,

Terus saja menggerus tanpa pernah disadarkan,

Tak sempat untuk bicara atau memang enggan bahkan tak mau mendengarkan..

 

Cukup sudah untuk dihentikan,

Mengubah setiap jalan yang tak pernah diselesaikan..

Ini masih belum usai selama perjalanan kehidupan belum dimatikan,

Lampu otomatis, menyala atau redam tak ada yang perdulikan..

 

Perduli apa perduli,

Itu semua hanya omong kosong kesesatan,

Yang jelas ada dalam benak,

Kebaikan persahabatan yang terpaksa dibuat semakin memburuk,

Membicarakan yang tak sepantas, atau selayaknya diperbincangkan,

Masih saja mengutuk kesempurnaan disamping kedermawanan.

 

Keberhasilan itu hanya sebuah genggaman pasir yang sekejap merembas masuk dalam celah2..

Seolah lorong waktu yang tetap akan terkikis habis atau bahkan tak diketahui sampai kapan sebuah akhiran.

Penantian, gambaran yang dirusakkan,

Gak bisa dikembalikan seperti pada semula kemenangan..

 

Kehadirannya tetap saja mengganggu dalam setiap gerak,

Hak dan Kewajiban yang tak lagi tampak untuk didapatkan atau bahkan dinantikan.

Itu semua sudah buyar untuk beberapa masa.

Perimbangan yang terlalu berat untuk disamakan.

 

Tetap saja kebencian kehadiran tak bisa menggantikan pada apa yang telah dogariskan,

Mengubah semua paradigma dalam kedewasaan,

Untuk selalu dan menyerah pada keadaan, memenangkan isi hati yang tak pernah bisa dibanggakan.!

 

by Dieni Mulyasari (Notes) on Tuesday, 31 July 2012 at 16:38

:)

Jalannya kereta api ga selalu lurus dengan kecepatannya,

Ada belokannya jg..

Jalanan daratan gak selamanya mulus seperti kulit operasian,

Kadang ada bopengnya juga…

Jalanan laut gak selamanya adem ayem,

Kadang ada juga badai untuk terus bergelombang..

Tapi pada akhirnya siapa yang sampai ditujuan ya mereka yang mampu melawan semua hambatan 🙂

 

by Dieni Mulyasari (Notes) on Wednesday, 1 August 2012 at 07:09

Bertanya pada rumput.

Hei rumput marahkah kamu jika kamu diinjak setelah mencoba menghibur?

Maukah kamu dibuang ketika kamu mendekat?

Maukah kamu dibakar ketika kamu sejuk?

 

Hei rumput Kesalkah kamu ketika angin berhembus,

Aku jadikan kamu sebagai penghalang?

Hei rumput maukah kamu aku salahkan ketika ada sesuatu yg tak sedap dipandang?

 

Hei rumput maukah kamu aku acuhkan ketika kamu tersenyum?

Aku diamkan ketika kamu bicara,

Dan aku tak terima ketika kamu memberi?

 

Hei rumput, bisakah kamu tak menolak apa yang aku perintahkan?

Tak mengelak ketika aku beri saran,

Tak mengguggah ketika aku memberi salam?

 

Hei rumput taukah kamu jika aku kesal dekat dengan kamu?

Tahukah rumput jika aku hanya ingin sendiri ditempat ini?

Tahukah kamu bahwa aku ingin berdiri kokoh tanpa ada yg menemani?

 

Hai rumput tahukah kamu aku ini pohon besar yang bisa saja mengguncangka batangku untuk menghancurkan kamu?

Hai rumput kenapa kau selalu menolak pada apa yg aku inginkan?

Hai rumput kenapa kau tidak tumbuh saja ditempat yang lebih indah, sejuk juga nyaman, dari pada berada didekatku,

Yang dari jauh pun tak seorangpun melihat kamu?

 

Hai rumput jawablah pertanyaanku itu,

Kenapa dan kenapa?

Hai rumput kenapa kau tak memilih menjadi pohon daripada menjadi rumput kecil yang tak pernah diharapkan?

Hai rumput kenapa kau selalu ada dalam semak belukar?

hei rumput mengapa kau tak tumbuh saja ditanah gersang, tandus yang tak pernah hidup?

Itu kan memberikan keleluasaan mu untuk bernapas?

 

Hai rumput kenapa kau memilih tumbuh untuk tetap berada disampingku?

 

Jawab sang rumput :

Hei pohon tinggi besar, angkuh juga hebat,

Hei pohon yang memiliki kesempurnaan dalam fungsi struktur

Hei pohon yang selalu berdiri kokoh juga menyendiri,

Taukah kamu kenapa aku berada disini?

 

Jika kau tak menganggap aku ada itu tak mengapa,

Tak menganggap aku berguna juga tak mengapa,

Tak menoleh pada raga aku yg kecil jg ringan,

Aku ada disini karna aku hanya ingin menemanimu,

Menghiburmu,

Melihatmu berkembang,

Juga melindungi kamu dari pengganggu pada akarmu,

Hei pohon yang kuat,

Tahukah kamu siapa yang akan menahan pada gangguan dasar yang akan merusak akarmu?

Merusak tempat berdirimu?

Jika kamu tak pernah merasa aku berharga tak mengapa,

Setidaknya aku telah mencoba apa yang aku bisa,

Mengarahkan apa yang aku punya dengan niat manfaat,

Bukan hanya pada keluhan pada kesempurnaan,

Mendebat apa yang Tuhan berikan,

Menolak syukur dari apa yang Tuhan berikan,

Serta tak melihat sisi indah dari hal lain disekitarmu.

Apa kau tak menyesal?

 

Tak melihat begitu banyak keindahan didepan mata?

Tak melihat kesejukan pada apa yang dipandang?

Tak melihat pada tanda2 kebesaran Tuhan?

 

Semut bergotong royong meraih remah dalam tubuhmu,

Burung berkicau pada dahanmu,

Dan Manusia mengambil manfaat buahmu?

Apa kau tak mengerti bahwa apa yang kau beri itu merupakan sebuah kebaikan?

Yang kau tak sadari bahwa dalam setiap tubuhmu merupakan kunci suplemen bagi makhluk lain?

 

Bisakah kau tak mengeluhkan mengapa aku ada?

Mengapa kamu hidup dan bertanya kapan aku mati?

Sedang dalam takdirnya semua akan ada pada masanya.

Nikmati, Syukuri, apa yang kau miliki saat ini,

Yang terasa atau tidak,

Yang terlihat atau tidak,

Yang terdengar atau tidak?

Taukah kamu bahwa semua itu demi kebaikanmu, jika kamu mau mengambil pelajaran darinya?

Mengambil setiap hikmah dari apa yang diciptakan,

Menerima apa yang telah dianugrahkan.

 

Wahai makhluk yang merasa diri benar, angkuh juga sombong,

Sadarkah kamu?

 

by Dieni Mulyasari (Notes) on Sunday, 2 September 2012 at 09:58

Ketiadaan

Ketakutan itu semakin jauh sermakin dalam, jika tanpa dirasa ia hanya datang menghampiri tanpa ada suatu usaha untuk penyelesaian, tak terfikirkan bahwa sesuatu akan semakin adanya dengan suatu ketiadaan..

Ataukah memang itu semua hanya sebuah pengadaan bermain2.

Dengan alasan, juga tuntutan.

Ketiadaan menghadirkan sesuatu yang tiada menjadi ada,

Bukan pula merusak  yg sudah ada untuk tiada..

 

Kebenaran itu yang manakah adanya ketika sesuatu itu tercampur adukkan dengan segala peristiwa, tanpa adanya suatu kesadaran perbuatan yang bersinggungan,

Itu yang melahirkan suatu pemikiran, jika semua itu hanya sementara tanpa kesadaran adanya kekekalan.

Dimanakah jalan sunyi itu, jika hanya dengan adanya suatu ketiadaan. mengerti akan suatu hal dibanding dengan banyak hal tanpa disadari ruh yang terkandung dalam setiap kejadian.

Dimanakah keramaian itu?

Jika dalam ramai tetap tiada keramaian??

 

by Dieni Mulyasari (Notes) on Wednesday, 26 September 2012 at 23:49

Kebenaran, Kejujuran, Pengungkapan

Perubahan itu tetap ada walau dengan seribu jurus penolakan sekalipun.

Kamu percaya atau tidak, kadang aku tak percaya pada seseorang yang berkata bahwa dirinya adalah orang jujur?

Apa iya tidak ada konfrontasi terhadap diri dengan ucapannya? Yang jujur tak akan berkata dirinya jujur.

Pembuktiannya ada pada kebenaran yang dilakukan.

 

Orang berkata dengan kebenaran, ia menawarkan kedamaian,

Apa ia akan benar memberikan kedamaian? belum tentu.

Pada nyatanya berapa persenkah kebenaran dari yang benar2 diungkapkan?

 

Arti disiplin ilmu itu terhadapa apa juga bagaimana?

Apakah hanya sekedar pemenuhan kebutuhan, tanpa mengerti esensi kebenaran?

Katakanlah itu benar jika itu benar, Katakanlah itu salah jika benar2 salah,

Kadang aku tak percaya pada semua ucapan manis,

itu semua hanya angin surga yang semerbak kemudian hilang.

Apa benar ada pembuktian bahwa kebenarannya akan mutlak pd hal yg sama?

Berhati-hatilah dengan kecurigaan, meski ia belum tentu benar juga.

 

by Dieni Mulyasari (Notes) on Thursday, 27 September 2012 at 14:21

1 Batang korek cukup menghagatkan, tapi akan lebih hangat jika semakin banyak yg menyalakan.

Hemppp.. Mau bikin dongeng, tapi males jg, rada haro udh lama gak pernah nulis.. hoho,Gak pernah diasah lg, karna udah biasa dipadem-in..

Mau nulis lagi, rasanya gak penting juga, tapi ya coba deh, namanya juga usaha…Usaha ngasah ngembangin nulisnya lagi maksudnya. yang kadang masih dipengaruhi faktor xxxxx yg banyak mengganggu.. Halah lebay 😀

 

Pren sadar gak ya, kalau kita tau sesuatu itu salah, tapi masih juga diterusin? nah looh gimana?

Terus karna kelamaan dibiarin, jadinya malah kebiasaan. gimana lagi coba???

 

Terus..terus.. gimana lagi kalau misal karna kita juga menikmati kesalahan itu??? (Dosa gak ya??)

Ya udah tentu dosa kali ya, udah tau salah masih juga dilakuin..hoho, *menceramahi diri sendiri..Gini loh gini loh kawan, ternyata eh ternyata kita kan tetep selamanya gak mungkin idup sendiri ya??

Pasti tetep butuh orang lain juga, meski kadang menolak bantuan orang lain. iya juga atau ngga ya?? -terserah..hheNah tapi suatu saat muncul juga tuh yang namanya ego, (namanya juga orang) wajar maksudnya.

Terus sebenernya tingkat batasan wajar itu dimana sih? kalau memang tiap orang punya pandangannya sendiri??

 

Nih, suatu saat orang merasa akan bangga terhadap dirinya sendiri,

Terus dia jadi lupa diri, dan gak sadar kalo hal kecil itu bisa aja mencelakainya, (Baik scr langsung ato ga langsung)

Terus, kita menutupi hal itu, seolah pura2 ga tau, mau baik ato buruk, perduli amat deh, bukan urusan kite juga. (Tapi hal itu bener ato salah ayyooo??)

Kalo selayaknya manusia yg bersosial harus bisa saling mengingatkan, pada kebaikan tentunya.Terus, kalo misal orang dengan keengganan dan perubahan merasa, membiarkan sesuatu yang tidak baik itu sebagai hal biasa, gimana nyadarinnya??

 

Coba tanya diri sendiri, apa iya yg kita lakuin bener ato salah?

Pendapat orang kan bedaa2. terus gimana efek terhadap yang lain?

Kalo misal, 1 pemimpin yang baik, (pemimpin disini masing2 individu jg sebagai pemimpin bukan?)Jadi anggaplah pemimpin itu kita sendiri, mau gimana kalau kita punya sesuatu entah itu kebiasaan, cara atau apapun diikuti orang lain?

Sedang kita ga suka diikutin, tapi selayaknya orang kan mudah sekali terpengaruh, entah itu baik atau buruk.

Yang membentuk atau ikut terbentuk.

 

Sebenernya situasi itu siapa yang mengendalikan, kalau masing2 orang berkeras pada pendirian diri sendiri apa itu salah?Iya kalau bener, kalau salah?? makin jd tanda tanya.

Btw btw adakah sesuatu yang kekal didunia ini, selain perubahan itu sendiri?

Adakah sesuatu yang abadi dalam hal kebaikan diluar segala keburukan?

 

howe howe, kok jadi ngelantur gini ya?

Lagi curcol ajalah ini mah sedang dihantui beragam banyak pertanyaan.. ayo siapa yang mau jawab dan kasih pendapatnya, comment yooo… Thanx kawan..hohehe

by Dieni Mulyasari (Notes) on Sunday, 7 October 2012 at 08:18