Ada berbagai alasan untuk disamarkan,Tapi cukup terang untuk diketahui,Bahwa sesuatu tak pernah bisa disamakan,
Mereka semua punya perjalanan yang begitu menakjubkan..
Terlalu awal untuk memangkas cerita,
Semua kejadian tetaplah tanpa perencanaan..
Itu hanya gambaran ilusi bawaan yang tetap saja tak pernah diharapkan..
Menyalahkan keadaan tentang kehadiran,Itu tak membuahkan hasil yang lebih baik tanpa ada perubahan,
Mengubah sesuatu yang baru atau akan dilakukan,
Lebih baik menggeser daripad tetap terdiam dan dihancurkan..
Kekekalannya ga bisa diprediksikan,
Sampai kapan keberaniannya untuk menantang..
Bukan tantangan yang sebenarnya,
Tapi itu hanya tatanan kedewasaan untuk menerima.
Penerimaan itu terlalu amat dan tak mau untuk disatukan,
Penolakan itu yang hanya membuat sesuatu semakin dibutakan,
Tak nampak beberapa jalan untuk beberapa saat,
Tapi tak juga sama ketika semua berdiri hanya untuk perlahan..
Percuma berusaha sekeras hati tanpa pernah sepenuh hati..
Jiwa yang hancur hanya pada setengah badan,
Terlalu mudah diruntuhkan tanpa kesungguhan,
Bukan pula itu yang diinginkan.
Keinginan atau kebutuhan,
Gak berimabas balik pada suatu harapan,
Kuncup yang akan mengembang,
Terlalu lemah bertahan setelah terinjak dengan perlahan..
Mengerti semua tak dimaksudkan untuk keburukan,
Tetap saja tak ada penerimaan yang akan dibukakan.
Pintu itu masih saja tertutup untuk mengucapkan selamat datang,
Sampai setengah perjalanan atau seperempat abad yang akan dilalui tetaplah menjadi sebuah penyesalan bila masih saja diteruskan..
Kebaikan itu bukan untuk diri secara pribadi.
Keuntungan itu hanya berpihak pada yang dituju..
Dan itu bukan sesuatu untuk yang lain.
Hanya demi membukakan sebuah kewenangan kekuasaan.
Batasannya terlalu sempit,
Bahkan tak ada batasan untuk dilanjutkan,
Terus saja menggerus tanpa pernah disadarkan,
Tak sempat untuk bicara atau memang enggan bahkan tak mau mendengarkan..
Cukup sudah untuk dihentikan,
Mengubah setiap jalan yang tak pernah diselesaikan..
Ini masih belum usai selama perjalanan kehidupan belum dimatikan,
Lampu otomatis, menyala atau redam tak ada yang perdulikan..
Perduli apa perduli,
Itu semua hanya omong kosong kesesatan,
Yang jelas ada dalam benak,
Kebaikan persahabatan yang terpaksa dibuat semakin memburuk,
Membicarakan yang tak sepantas, atau selayaknya diperbincangkan,
Masih saja mengutuk kesempurnaan disamping kedermawanan.
Keberhasilan itu hanya sebuah genggaman pasir yang sekejap merembas masuk dalam celah2..
Seolah lorong waktu yang tetap akan terkikis habis atau bahkan tak diketahui sampai kapan sebuah akhiran.
Penantian, gambaran yang dirusakkan,
Gak bisa dikembalikan seperti pada semula kemenangan..
Kehadirannya tetap saja mengganggu dalam setiap gerak,
Hak dan Kewajiban yang tak lagi tampak untuk didapatkan atau bahkan dinantikan.
Itu semua sudah buyar untuk beberapa masa.
Perimbangan yang terlalu berat untuk disamakan.
Tetap saja kebencian kehadiran tak bisa menggantikan pada apa yang telah dogariskan,
Mengubah semua paradigma dalam kedewasaan,
Untuk selalu dan menyerah pada keadaan, memenangkan isi hati yang tak pernah bisa dibanggakan.!
by Dieni Mulyasari (Notes) on Tuesday, 31 July 2012 at 16:38